Tuesday, July 12, 2022

MASJID MULAI SEPI DARI KAUM MUDA

 

"Masjid seharusnya tidak  hanya dilihat dari sisi spiritual namun juga sosial, oleh karna itu harusnya (masjid-mushola) menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial yang lebih baik."

 

Sebagai tempat ibadah semua orang islam masjid diharusnya diisi dari semua kalangan baik  anak-anak, remaja, hingga lanjut usia. Namun dalam kenyataan belakangan ini, yang terlihat dimasjid hanya diisi oleh kalangan bapak/ibu dan orang-orang lanjut usia dan hanya menyisakan sedikit dari anak muda. Padahal secara fisik anak muda tentu lebih kuat ketimbang orang-orang lansia.

Memang masih ada remaja yang menyepatkan diri kemasjid. Namun biasanya hanya ketika ada suatu acara atau pengajian. Selebihnya seperti adzan, membersihkan masjid dikembalikan ke marbot atau pengurus masjid yang notabene juga sudah berumur. Saat shalat 5 waktu sehari-hari pun jarang di isi oleh para pemuda  yang ikut shalat jamaah di masjid.

Sebenarnya tidak serta merta berburuk sangka terkait hal itu. Tidak semua remaja hanya disibukan dengan HP, Geam, dan berbagai amplikasi yang membuat lupa saat azam berkumandang namun mereka sibuk dengan banyak pekerjaan, sedang sakit, sekolah, dal lain-lain sehingga membuatnya untuk tidak sempat pergi ke masjid. Tentu hal tersebut kembali lagi pada urusan dia dengan Allah subhanahu wa taala. Namun diluar itu, sebagai kita seorang muslim dianjurkan untuk shalat berjamaah di masjid.

Dalil dianjurkannya shalat jamaah ini terdapat dalam Al-Qur’an surat al-Nisa’ ayat 102:

 

Artinya: Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu.

Kata   فَلْتَقُمْ  yang artinya ‘maka hendaklah berdiri (shalat)’ dijadikan dalil diperintahkannya shalat secara berjamaah. 

Ulama bersandar kepada hadits Nabi tentang keutamaan shalat jamaah, yakni sebanding dengan 27 derajat.

 

Artinya: Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda: Shalat berjamaah lebih utama dari pada shalat sendiri, sebanding dengan 27 derajat. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar, sedang Imam Bukhari dari riwayat Abi Sa’id al-Khudzri menyebutkan ‘sebanding dengan 25 derajat’. (Imam Taqiyuddin Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini, Kifayatul Akhyar. Surabaya. Dar al-Jawahir. t. Th. 107. Lihat juga matan hadits, Abi ‘Abdillah bin Isma’il  al-Bukhari. Shahih Bukhari. Damaskus. Dar Ibn Kathir, 2002. halaman: 162-163).

Dari  sebuah Survei CSRC ini dilakukan di 7 kota Indonesia yang mewakili corak keberagaman muslim yang berbeda. memang tidak bisa mengklaim bahwa semua masjid telah dijauhi milenial dan dianggap tidak menarik dakwahnya. Namun asumsi tersebut juga tidak bisa dikesampingkan.

Data yang muncul bahwa terdapat banyak dakwah di masjid tidak berhubungan dengan persoalan kalangan milenial yang sedang mencari identitas yang dihadapi sehari-hari.

Sebagai contoh khutbah Jumat dalam setiap minggunya seharusnya dijadikan sebagai ajang literasi keagamaan, membentuk karakter anak-anak muda ini ke arah yang lebih baik, lebih positif, lebih konstruktif buat lingkungannya

Disisi lain pula mereka sedang gandrung terhadap suasana spiritualitas, keberagaman yang tidak bersifat monoton tetapi betul-betul memberikan satu rasa kebahagiaan dan kepuasan spiritual yang sesuai dengan harapan dan kehidupan anak-anak muda sekarang ini.

Sebagai catatan terahir bagai manapun kita harus bersama-sama mengetahui bahwahi bahwa masjid pada zaman Nabi Muhammad digunakan untuk berbagai keperluan, yaitu: ibadah, pertemuan umat Islam, pengembangan pengetahuan/pendidikan, tempat baitul mall, tempat penyelesaian perkara, pengumuman masalah sosial, menyalatkan orang meninggal, dan penginapan bagi musafir (Gazalba 1983: 121, 126-130).

No comments:

Post a Comment